Kisah-kasih pengmas merupakan salah satu program dari divisi pengabdian masyarakat HIMAFI ITB 2021/2022 berupa bentuk karya yang dihasilkan oleh massa HIMAFI ITB yang berisikan pengalaman selama bermasyarakat. Kisah tersebut bertujuan untuk menjadi salah satu inspirasi kepada massa HIMAFI atau massa kampus yang lain agar lebih peka dan termotivasi untuk menyebar manfaat kepada sesama.
Cerita-cerita yang dihasilkan oleh massa HIMAFI tentang pengalamannya selama mengabdi di masyarakat memuat beberapa hal unsur, yaitu motivasi peserta dalam melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan, solusi yang ditawarkan untuk membantu masyarakat, tantangan yang dihadapi dan bagaimana menjawab tantangan tersebut serta hikmah yang dapat dipetik dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan.
Berikut ini merupakan kisah-kasih dari top 3 hasil penilaian karya massa HIMAFI berupa cerita pengalaman mereka semasa melakukan pengabdian masyarakat yang dikemas dalam bentuk esai.
Ramah Tamah Desa Cihurip
Oleh : Muhammad Noorrosyid Sulaksono
Kisah pengmas pertamaku dimulai saat aku menginjakkan kaki di kampus gajah duduk atau biasa dikenal dengan nama Institut Terbaik Bangsa. Saat itu aku sedang menjalani studiku di jurusan fisika, yah walaupun FMIPA bukan merupakan pilihan pertamaku namun fisika adalah pilihan pertamaku saat pemilihan jurusan jadi aku ingin memberikan yang terbaik dan tidak setengah-setengah dalam beraktivitas di kampus. Saat itu sedang liburan semester dari semester empat menuju semester lima dimana aku diajak oleh kahimku tercinta saat itu yaitu Sabiq untuk melakukan kunjungan ke Desa Cihurip. FYI Desa Cihurip merupakan desa binaan himpunanku dimana penjaga kantin sekre himpunanku adalah seseorang yang berasal dari desa tersebut yaitu kang Amud. Awal mula aku diajak oleh Sabiq sebenarnya rada uring-uringan karena memang Sabiq bilang cuma kunjungan aja jadi menurutku ga jelas gitu mau ngapain disana dan setelah tau dari Sabiqpun yang ikut kesana hanya beberapa orang. Namun pada akhirnya setelah mendapatkan berbagai rayuan dari my pren yaitu faiz, akhirnya akupun luluh.
Hari keberangkatan kamipun tiba, kami berencana berangkat dari ITB tepatnya di depan sekre HIMAFI ITB. Jumlah orang yang ikut adalah lima orang yaitu Sabiq, Bang bewok, Bang apis, Faiz, dan aku. Sejujurnya tidak ada motivasi yang jelas dari aku untuk pergi ke desa Cihurip selain menghabiskan sisa waktu liburan saja bersama teman-temanku dan ingin mencoba menghirup sejuknya udara pedesaan. Perjalanan kami menuju Desa Cihurip kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 2 sampai 3 jam perjalanan, karena aku hanyalah penumpang tentu saja kegiatan yang aku lakukan adalah tertidur pulas seperti saat mendengarkan kuliah pak Maman. Setelah lelahnya perjalanan yang kami lalui walaupun aku hanya tertidur, kamipun tiba didepan gerbang menuju Desa Cihurip. Disana kami dijemput oleh penduduk Desa Cihurip menggunakan motor karena Desa Cihurip tidak bisa dilalui mobil. WOW SEJUK SEKALI!! Itu hal yang pertama kali aku rasakan saat tiba di desa Cihurip. Iya udara disana begitu sejuk dan berasa sekali vibes sebuah desanya. Perjalanan menggunakan motor untuk sampai dirumah kang Amudpun cukup membuat hati berdebar seperti saat bersama dengan dia.. AHSIAPPP!! Iyaa perjalanan menuju rumah kang Amud dari gerbang Desa Cihurip sangatlah ekstrim seperti bentuk grafik cos 0 derajat sampai cos 360 derajat, naik turun bray.. Apalagi saat itu sedang musim hujan jadi jalanan terlihat basah dan licin.
Setelah melewati berbagai rintangan dalam perjalanan, akhirnya kamipun tiba dirumah kang Amud. WEW itulah yang pertama kali ada dibenakku saat melihat rumah kang Amud! Rumah kang Amud sangatlah HIMAFI banget mulai dari warna cat rumah hingga di dalam rumah yang terdapat banyak atribut-atribut yang HIMAFI banget…. Dirumah kang Amud kami di sambut dengan begitu hangat dengan gorengan-gorengan yang sangat maknyus buatan istri kang Amud. Saat itu kamipun ngobrol ngobrol bersama kang Amud, namun seiring waktu berjalan ada saja tetangga-tetangga kang Amud yang mampir hanya untuk mengobrol sebentar bersama kami, wah dalam benakku ini orang-orang disini ramah banget dahh aslii!! Setelah sekian lama mengobrol dengan penduduk Cihurip aku sama faiz iseng keluar cuma buat jalan-jalan ajaa, eh pas lagi jalan-jalan ketemu bocah-bocah lagi pada main, yaudah karena emang sebenarnya jiwa anak-anak aku sama faiz masih ada, apalagi faiz yang cukup MKKB jadi kami ikutan aja main sama mereka. Seru sihh permainan yang mereka lakuin adalah permainan aku saat masih kecil dulu yang sekarang udah gabakal bisa ditemuin lagi di kota-kota besar yaitu ngebuat jepretan dari bambu kecil terus pelurunya dibuat dari koran yang dibasahin. SERU BANGETT!!
Jiwa PengMasku muncul Ketika aku melihat saluran air yang ada di toilet rumah kang Amud, jadi sistemnya adalah airnya selalu mengalir dari sungai jadi air itu terus mengalir di toilet sampai air menggenang di toilet, apalagi saat itu sedang musim hujan jadi ketika hujan airnya begitu keruh dan berwarna cokelat. Disana aku bertanya kepada kang Amud apakah emang di Desa Cihurip ini belum
ada sistem filterisasi air agar air yang digunakan untuk mandi adalah air yang benar-benar bersih, namun kang Amud berkata bahwa memang di Cihurip belum ada sistem fiterisasi air seperti itu dikarenakan masyarakatnya juga merasa baik-baik saja, namun Kang Amud sangat terbuka apabila dari HIMAFI ITB mau membantu untuk membuat system filterisasi air.
Saat itu aku terpikirkan ingin membuat system filterisasi air di Desa Cihurip Bersama dengan HIMAFI ITB, namun sayangnya saat kepengurusan angkatanku, wabah COVID 19 muncul sehingga apa yang sudah aku dan faiz rencanakan menjadi harus tertunda dulu. Aku yakin HIMAFI ITB bisa mebantu Desa Cihurip dalam mengembangkan teknologi filterisasi air, walaupun tantangannya cukup banyak mulai dari kontur Desa Cihurip yang sangat ekstrim sehingga dapat menyulitkan kami untuk melakukan survey namun menurutku apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh akan berbuah manis juga.
Akhirnya Kisah Kasih Pengmasku di Desa Cihurip merupakan suatu hal yang cukup bermakna karena aku melihat bahwa di Desa Cihurip dengan keramahan orang-orangnya ternyata masih belum sempurna dalam segi teknologinya dan menurutku tugas kami sebagai mahasiswa untuk melengkapi kekurangan itu agar Desa Cihurip menjadi Desa yang kaya, tidak hanya kaya akan attitude orang-orangnya saja melainkan kaya akan ilmu dan teknologi.

Karya Dippos Yosafat
Oleh : Dippos Yosafat
Tahun 2021 menjadi tahun yang sudah dimulai dengan pandemi covid. Pandemi covid mengubah hidup seluruh orang di dunia. Yang biasanya kita berkegiatan tatap muka langsung diubah menjadi pertemuan secara virtual. Selain kegiatan yang diubah medianya ada juga beberapa kegiatan yang ditiadakan seperti kegiatan olahraga.
Sebagai seorang kakak yang mempunyai adik yang masih kecil, saya prihatin karena adik saya tidak merasakan masa kecil yang dulu saya rasakan. Interaksi yang dia dapat dengan teman temannya hanya dapat dilakukan secara online. Saya ingin adik saya dapat merasakan masa kecil dengan teman-temannya di mana mereka dapat berinteraksi secara langsung. Menurut saya interaksi langsung sangat dibutuhkan bagi anak seumuran mereka.
Dari awal bulan Juli saya dengan beberapa pemuda disekitaran rumah saya yang mempunyai keresahan serupa merencanakan untuk membuat acara 17an dengan prokes yang ketat. Saya mengusulkan untuk jalan-jalan sehat pada 17 agustus dengan kostum budaya. Hal ini supaya menumbuhkan rasa nasionalisme dan juga terjadinya interaksi adik saya dan teman-temannya.
Sekitar 1 bulan kami melakukan sosialisasi kepada orangtua-orangtua tentang lomba ini. Kami juga mempersiapkan prokes dengan menyiapkan masker yang nanti akan dibagikan kepada peserta, hand sanitizer, dan juga disinfectant. Saya mengkoordinir sumbangan dari para orangtua untuk membeli bahan prokes.
Saat perayaan 17an, dengan rencana matang acara berjalan dengan baik. Anak-anak berkumpul dari pagi bersama dengan orangtua mereka menggunakan masker. Hand sanitizer dan disinfectant sudah tersedia dan izin dari RT/RW tersempat juga sudah
diurus. Saya sangat bahagia melihat adik saya dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan mereka menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah.
Saya belajar bahwa ada hal-hal yang tidak bisa digantikan. Contohnya adalah interaksi antar manusia. Saya juga belajar bahwa hal kecil yang kita lakukan dapat berdampak besar bagi orang lain. Saat saya melihat wajah adik saya yang senang bertemu dengan temannya, disitu saya dapat melihat kebahagiaan yang tulus dari adik saya.

Memaknai Proses di Setiap Pijakan Langkah
Oleh : Dian Retno Anggraini EP
“Life will never change unless you change your life. Everything in life gives you chance to change. You should decide to choose Change or Never.” -David Setiawan. Kalimat itu selalu mengingatkanku bahwa hidup memang pilihan. Pilihan yang harus kita putuskan dengan bijak dan setiap keputusan akan selalu ada konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan kelak. Berbekalkan dengan paradigma bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan, ada yang berada dalam kendali kita dan di luar kendali kita. Bergantung pada kita bagaimana meresponnya, apakah mau berproses didalamnya atau justru menjauhinya. Disini pula pentingnya memiliki paradigma yang disesuaikan dengan prinsip yang kita pegang. Dengan begitu kita bisa melahirkan kebiasaan efektif. Sebab kebiasaan akan menjadi karakter dan karakter itulah yang akan menjadi nasib bagi diri kita masing-masing.
Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa adalah sebuah berkat yang luar biasa bagiku. Apalagi mewujudkan salah satu mimpiku untuk bisa melanjutkan pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia menjadi sesuatu hal yang senantiasa saya syukuri. Kaki ini akan terus melangkah. Tak berhenti hanya di titik itu. Sebagai mahasiswa saya semakin sadar dalam mendefinisikan posisi, potensi, dan peran baik sebagai bagian dari masyarakat akademis maupun sebagai masyarakat pada umumnya. Apalagi masa muda itu hanya dapat dilewati sekali, maka inilah kesempatan untuk menjelajahi setiap wahana yang ada. Ada banyak wadah berkemahasiswaan yang
dapat dieksplor lebih jauh menyesuaikan dengan mimpi kita. Salah satu mimpi sederhanaku ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Lantas, bagaimana mewujudkannya? Sangat banyak wadah dan strategi efektif yang bisa dilakukan dalam mewujudkannya. Salah satunya dengan keikutsertaanku dalam kegiatan pengabdian masyarakat, yaitu KKN Tematik ITB.
Kuliah Kerja Nyata Tematik ITB atau KKN Tematik ITB merupakan kegiatan berbasis pengabdian masyarakat yang berlandaskan pada Tri Dharma Perguruan tinggi poin ketiga yaitu pengabdian masyarakat. KKN Tematik ITB ini diselenggarakan sebagai wujud implementasi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki dengan harapan dapat menjadi suatu solusi untuk menjawab permasalahan yang ada di masyarakat, sehingga peran mahasiswa sebagai kaum intelektual dapat terealisasi dalam bentuk pengabdian ini. KKN Tematik ITB dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pra pelaksanaan, eksekusi lapangan, dan pasca-pelaksanaan. Saya dan teman teman yang terlibat dalam KKN Tematik ITB telah melalui masa pra pelaksanaan dimana ini adalah tahap persiapan sebelum kami terjun langsung ke masyarakat. Untuk eksekusinya dimana kami melaksanakan program di desa tujuan pada sekitaran bulan Desember hingga Januari.
Saya dipertemukan dengan orang orang hebat yang memiliki visi sama dan jiwa mulia menjadi bagian dari Kelompok 4 KKN Tematik berkesempatan untuk menyelesaikan permasalahan terkait air bersih di Kepunduhan Saribakti. Dari survey yang telah dilakukan, kami merumuskan masalah yang perlu diselesaikan yaitu “Bagaimana mengatasi kekurangan air bersih di Dusun Saribakti?”, “Bagaimana mengalirkan air ke posisi yang lebih tinggi?”
dan “Bagaimana mengolah air yang kotor pada musim hujan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai air minum?”. Tentu dalam menjawab masalah tersebut, segenap gagasan pemikiran dan waktu kami luangkan bersama hingga merumuskan program yang menurut kami efektif untuk diterapkan, yaitu pembuatan reservoir dan jalur pipa, pembendungan mata air, dan penyuluhan teknik penyimpanan air jangka panjang dengan cara mengedukasi masyarakat untuk dapat membuat cadangan persediaan air di kala kekeringan. Insight baru, relasi yang bertambah luas, bimbingan dari dosen pembimbing, peningkatan kolaborasi dan pastinya pengalaman yang berharga menjadi taburan pelengkap dalam proses keberjalanan kegiatan ini.
Tentu banyak tantangan yang kami hadapi apalagi melaksanakannya di dalam kondisi saat ini. PPKM yang terus diperpanjang membuat kegiatan terus diundur. Belum lagi jarak yang terpisah antara kami. Mulai padatnya kesibukan akademik dan non akademik. Namun. tak menyurutkan semangat dan keinginan kami dalam memanfaatkan kesempatan ini untuk membawa perubahan kecil tetapi berdampak besar dalam kehidupan masyarakat. Sebuah prinsip yang saya pegang “When you learn more, you will get more.” Saya yakin setiap hal yang dilalui dalam sebuah kehidupan dapat memberikan sebuah pembelajaran baru. Saya sadar bahwa setiap manusia memiliki kesempatan untuk bisa menciptakan perubahan. Apalagi, masa muda adalah masa untuk berkembang, terus berkreasi, dan berkolaborasi selama kita memiliki keinginan dan tujuan yang baik bagi diri sendiri dan orang lain maka kesempatan akan hal itu akan selalu terbuka lebar. Hal yang terpenting adalah niat, keberanian, dan komitmen di dalamnya. Berani menyelami lautan untuk bisa menikmati keindahan yang tersembunyi di dalamnya tetapi ingat hal yang utama adalah memaknai setiap proses yang ada agar bisa berkembang menjadi pribadi yang selalu haus akan ilmu pengetahuan dan sejatinya mampu mendefinisikan peran dalam diri masing-masing. Sebagaimana dikatakan oleh Viktor Frankl juga bahwa dorongan utama kita dalam hidup bukanlah kesenangan, tetapi penemuan dan pencarian dari apa yang secara pribadi kita temukan bermakna. Itu semua dapat kutemukan melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Menjadi seperti matahari, yah dia selalu bersinar dengan memberikan penerangan bagi semesta, tak peduli apakah semesta akan membalasnya.
